PT Brantas Abipraya, perusahaan konstruksi BUMN, sedang membangun infrastruktur penunjang hunian relokasi bagi korban erupsi Gunung Ruang di Sulawesi Utara. Proyek ini merupakan bagian dari upaya pemulihan pasca bencana dan bertujuan untuk memberikan tempat tinggal yang layak dan aman bagi para pengungsi. Pembangunan yang dimulai sejak 10 Juli 2024 ini ditargetkan selesai pada 31 Agustus 2025.
Proyek relokasi ini dirancang secara terintegrasi, mempertimbangkan kebutuhan masyarakat, kondisi geografis wilayah, dan potensi risiko bencana di masa mendatang. Hal ini dilakukan untuk memastikan hunian relokasi tidak hanya berfungsi sebagai tempat tinggal sementara, tetapi juga sebagai lingkungan yang aman dan nyaman untuk jangka panjang.
Pembangunan Infrastruktur yang Terintegrasi
Proyek ini mencakup tiga lingkup utama pembangunan. Ketiga lingkup tersebut saling berkaitan dan dirancang untuk menciptakan lingkungan hunian yang berkelanjutan.
Lingkup pertama adalah pembangunan Sistem Pengolahan Air Minum (SPAM). Ini mencakup pembangunan Instalasi Pengolahan Air (IPA) berkapasitas 10 liter per detik, jalur transmisi dan distribusi air, pengadaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) atap, serta penataan lanskap.
Lingkup kedua adalah pembangunan infrastruktur permukiman. Brantas Abipraya membangun berbagai fasilitas umum untuk menunjang kehidupan masyarakat. Fasilitas tersebut meliputi jalan, jembatan, tempat ibadah (dua unit gereja tipe A, tiga unit gereja tipe B, dan dua balai warga), puskesmas pembantu, area bermain anak, Tempat Pengelolaan Sampah (TPS) 3R, serta tambatan perahu.
Lingkup ketiga adalah pembangunan sarana dan prasarana pendidikan. Ini merupakan bagian penting untuk memastikan akses pendidikan bagi anak-anak tetap terjamin. Pembangunan ini mencakup TK, PAUD, SD, dan SMP, lengkap dengan interior dan perlengkapan pendukung lainnya.
Memastikan Ketersediaan Layanan Dasar
Pembangunan infrastruktur air bersih menjadi prioritas utama. Sistem pengolahan air yang handal akan memastikan akses air bersih bagi seluruh penghuni hunian relokasi. Penggunaan PLTS atap juga menunjukkan komitmen terhadap keberlanjutan lingkungan.
Pembangunan infrastruktur permukiman juga difokuskan pada penyediaan fasilitas umum yang memadai. Fasilitas-fasilitas tersebut akan meningkatkan kualitas hidup dan kenyamanan masyarakat di lokasi relokasi.
Pembangunan sarana dan prasarana pendidikan yang lengkap menjamin akses pendidikan yang berkualitas bagi anak-anak. Hal ini penting untuk mendukung masa depan mereka dan pemulihan psikososial pasca bencana.
Komitmen Brantas Abipraya dalam Pemulihan Bencana
Selain proyek relokasi korban erupsi Gunung Ruang, Brantas Abipraya juga aktif dalam pembangunan hunian bagi korban bencana lainnya. Beberapa proyek tersebut antara lain pembangunan rumah instan sederhana sehat (RISHA) untuk korban erupsi Gunung Semeru dan pembangunan pascagempa di Cianjur, Jawa Barat.
Semua proyek ini mencerminkan komitmen Brantas Abipraya sebagai BUMN untuk berkontribusi dalam pemulihan pasca bencana. Pihak perusahaan berupaya untuk memastikan pembangunan hunian yang aman, layak, dan nyaman bagi para penyintas bencana. Hal ini menjadi bentuk tanggung jawab sosial perusahaan dalam membantu masyarakat yang membutuhkan.
Upaya membangun kembali kehidupan masyarakat pasca bencana tidak hanya fokus pada aspek fisik. Aspek sosial dan psikososial juga menjadi perhatian utama. Dengan menyediakan sarana dan prasarana yang lengkap dan memadai, diharapkan masyarakat dapat membangun kembali kehidupan mereka dengan lebih baik dan cepat pulih dari trauma bencana. Semoga proyek ini dapat menjadi contoh bagi pembangunan pasca bencana lainnya di Indonesia.